Selasa, 08 November 2011

perkembangan pasar tradisonal ditengah adanya pasar modern


Perkembangan pasar tradisonal belakangan ini menjadi permasalahan ekonomi yang sangat buming dibicarakan. Banyak sering kita  jumpai mulai dari kota besar hingga kota kecil , pasar modern seperti alfamidi , indomaret , Hero , Hari-hari swalayan (Hypermaket) yang  membuat pasar tradisonal menjadi agak menurun dan menjanjikan berbelanja dengan nyaman dan pastina pembeli akan merasa puas. Kehadiran pasar modern membuat kenyamanan bagi masyarakat yang belanja di sana. Tak sedikit orang yang memilih untuk berbelanja di sana dibanding harus ke pasar tradisonal. Tak dapat dipungkiri, perbedaan pasar tradisional dengan modern  terletak dari segi tempat. Sedangkan di pasar tradisonal tempatnya yang becek dan bau, kurang bersih , faktor keamanan (copet dsb), pengurangan timbangan pada barang yang dibeli, penuh sesak.
Tetapi bagaimanapun juga pasar tradisional lebih menggambarkan denyut nadi perekonomian rakyat kecil sebagian. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari mulai berdagang atau pedagang kecil , kuli panggul , pedagang asongan , hingga tukang ojek. Mereka bekerja di sana untuk memenuhi kehidupan anak serta keluarganya  disana. Jika semakin banyak pasar modern di bangun , bagaimana nasib mereka yang hanya sebagian kecil menggantungkan hasil kerjanya dari berjualan di pasar tradisonal. Semakin banyak saja tingkat pengangguran dan berimbas pada angka kemiskinan, kalau nantinya terus meningkat dan di bangun kembali pasar modern tersebut.  
Faktanya pasar Modern dihampir semua daerah di Indonesia, cenderung meningkatkan iklim yang kompetisi dan lambat laun menggerus eksistensi pasar tradisonal. Meski survei AC Nielsen di tahun 2009 menunjukkan grafik positif dari pasar tradisonal yang mencapai 80%, namun ini bukan posisi aman. Ditahun 2010, Nielsen memprediksi adanya penurunan pasar tradisional menjadi 70% - 67% sedangkan pasar modern meningkat 30% - 37%. Faktor – faktor yang mempengaruhi pasar tradisonal yaitu pesatnya usaha ritel modern, tata kelola pasar, finansial, dan asosiasi negatif terhadap pasar tradisonal. Dalam hal ini, perkembangan pasar tradisional juga di pengaruhi oleh media. Banyak iklan bisnis yang  menyoroti keunggulan pasar modern. Sebaliknya, pasar tradisional kerap sebagai pasar yang kotor, becek , bau dan jorok. Media lebih banyak menyoroti potret yang jelek bagi pasar moden.
Menurut saya, saya sebagai konsumen sendiri memang merasa puas karna saya hanyalah sebagai konsumen atau dikatakan saya sebagai pembeli saja.  pasar tradisonal dengan pasar modern  memang dari segi kualitas tempat pasar modern saya acungin jempol, di pasar modern harga yang ditawarkan sudah di cap dengan label jadi kita sebagai konsumen hanya memilih barang apa saja yang ingin di beli jadi kita tidak usah repot untuk menawar dagangan seperti halnya di pasar tradisonal. Jikalau dari segi kualitas tempat , kesegaran produk, kenyaman berbelanja sudah sangat menjanjikan bagi para konsumen yang berbelanja di pasar modern tersebut.  Tetapi ada segi negatifnya harga yang ditawarkan terlalu mahal tidak sama seperti halnya pasar tradisonal padahal barang yang ditawarkan di pasar tradisonal sama dengan yang ditawarkan dengan pasar modern. Tetapi Saya sendiri lebih memilih untuk berbelanja di pasar tradisonal di bandingkan dengan pasar modern ini. Karna di pasar tradisional terjadi tawar menawar antara si penjual dan pembeli sehingga terjadi kesepakatan yang kita inginkan.  Di samping saya lebih memilih berbelanja di pasar tradisonal saya membantu orang yang berjualan disana. Tetapi masing – masing pasar mempunyai keunggulan tersendiri yang membuat para pembelinya merasa puas dengan  apa yang mereka inginkan.
Perkembangan yang semakin tajam secara perlahan-lahan banyak para pedagang yang perlahan-lahan menutup lapak-lapak kecil yang jualannya tidak selengkap dengan pasar modern ini Sudah banyak kios di pasar tradisional yang harus tutup karena sulit bersaing dengan pasar modern. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia (APPSI) pada tahun 2005 seperti dikutip website Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional harus tutup usaha setiap tahunnya. Jumlah ini kemungkinan akan terus bertambah seiring kehadiran pasar modern yang kian marak. Kondisi semacam ini tentu sungguh memprihatinkan. Sebenarnya tidak ada salahnya di bangun pasar modern itu, pasar modern di bangun juga untuk kenyaman masyarakat berbelanja. Tetapi pasar modern juga berdampak negatif bagi pasar tradisional itu sendiri karena dengan adanya pasar modern itu , pasar tradisional kalah saing banyak orang yang berpindah tempat untuk berbelanja.
Semua solusinya berada di tangan pemerintah. Harus adanya aturan tata ruang untuk mengatur penempatan pasar tradisonal dan pasar modern.  Hal ini mungkin perlu di lakukan untuk merubah pasar tradisional agar lebih nyaman dan teratur. Dan perlu adanya perbaikan di pasar tradisonal sehingga konsumen akan merasa lebih nyaman. Saya berharap,  Supaya tidak ada lagi kios-kios atau pedagang kecil yang tutup karna kalah saingan terhadap pasar modern tersebut dan memberikan wahana persaingan yang sehat antara keduanya. Perlu adanya kebijakan dari pemerinyah guna mensejahterhakan rakyatnya dan ikut serta dalam membantu masyarakat yang kurang mampu. Semoga saja pemerintah bisa cepat menangani masalah ini. Bagaimanapun pasar tradisonal itu adalah tempat bergantungnya hidup dan mencari nafkah bagi kaum masyarakat yangn kurang mampu bisa di katakan masyarakat biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar