Senin, 07 November 2011

bahan Bakar Minyak (BBM)


Dalam siaran yang dikutip dari situs pertamina, Selasa, 01 November 2011 ,PT Pertamina (Persero)  akan menaikan kembali pertamax setelah  pertamax tidak mengalami perubahan. Adapun kenaikan harga BBM non-subsidi pertamina berlaku untuk pertamax/bio pertamax, pertamax plus di sebagian wilayah indonesia. Sedangkan untuk pertmanina Dex SPBU dan kemasaan tidak mengalami perubahan harga.
 Rencana ini didukung oleh abu bakar rizal bakrie menurutnya kenaikan harga BBM dipandang lebih realistis untuk menurunkan beban subsidi, dari pada menaikan tarif daya listrik (TDL). Ia menilai , kenaikan tarif listrik akan berdampak langsung pada sektor produktif penyerap tenaga kerja, kalau tarif listrik naik, maka industri kita makin tidak kompetitif dibanding dengan negara-negara lain.   Sedangkan jika harga BBM dampaknya hanya akan dirasakan oleh sebagian kecil masyarkat kaya. Sebab, sekitar 72 % subsidi BBM memang dinikmati oleh  masyrakat yang mampu, terutama hanya untuk pemilik mobil pribadi saja. Dalam APBN 2012, alokasi subsidi energi sebesar Rp 163,9 triliun yang terdiri dari subsidi BBM Rp 123,6 Triliun dan subsidi Listrik Rp 40,3 Triliun. Menurutnya cara paling efektif adalah menyesuaikan harga BBM dengan harga minyak dunia. Kalau harga minyak tinggi, harga BBM dinaikan dengan batas tertentu. Sebaliknya, ketika harga minyak turun harga BBM juga diturunkan.
Tetapi , Guna mendukung pertumbuhan  ekonomi, pemerintah berkomitmen menjaga inflansi sesuai target. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak akan naik kembali, alasan pemerintah mengenai persoalan ini. Pemerintah memilih mengendalikan konsumsi bahan bakar bersubsidi ketimbang menaikan harga BBM tahun depan. Baginya, menekan konsumsi akan lebih baik dibandingkan menaikan harga. Pemerintah sudah sepakat dengan Badan anggaran DPR untuk tidak menaikan harga bahan bakar minyal (BBM) bersubsidi dalam rancangan APBN tahun anggaran 2012. Adapun basis perhitungan volume BBM bersubsidi untuk tahun 2012 sebanyak 40 juta kilo liter. Sebagian dari total volume BBM bersubsidi jenis premium, yakni sebesar 2,5 juta kilo liter. Sebelumnya pemerintah mengajukan dua alternatif volume BBM bersubsidi untuk rancangan APBN 2012. Alternatif pertama berdasarkan nota keuangan dan RAPBN 2012, pemerintah akan mengatur konsumsi BBM bersubsidi, khususnya premium, sehingga volume konsumsi BBM bersubsidi dapat dibatasi menjadi 40 juta kiloliter. Alternatif kedua, menerapkan strategi yang lenih komperhensif, pemerintah berkomitmen untuk dapat menurunkan volume konsumsi BBM bersubsidi, khusunya premium , untuk tahun 2012 menjadi 37,8 juta kiloliter
Menurut saya , kebijakan yang dilakukan pemerintah sudah sangat efektif  untuk mendukung  pertumbuhan ekonomi dan memajukan negara ini supaya menjadi negara yang berkembang . Upaya-upaya yang dilakukannya bisa mempunyai dampak yang postif bagi negara ini . negara kita akan semakin maju jika harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak melonjak naik seperti tahun sebelumnya. Jika harga BBM naik memang dampak yang terkena imbasnya hanya masyarakat kecil saja hanya orang yang bermobil pribadi saja. Tapi ada kalanya jika tidak dinaikan harga BBM tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar